AHLAN WA SAHLAN

AHLAN WA SAHLAN
HIASI HARI DENGAN SENYUM 
BELAJAR BERBUAT UNTUK ORANG LAIN
SEMOGA ALLAH MEMBERI RAHMAT
KEPADA SEMUA UMATNYA YANG IHLAS



Senin, 14 Juli 2008

STOP BE A GLASS


Seorang Guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tempak murung.

"Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Ke mana perginya wajah bersyukurmu?" sang Guru bertanya.

"Guru belakangan ini hidup saya penuh masalah, sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya," jawab sang murid muda

Sang Guru terkekeh. "Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari, biar kuperbaiki suasana hatimu itu."

Si muridpun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.

"Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu, "kata Sang Guru. "Setelah itu coba kau minum airnya sedikit."

Si muridpun melakukannya. Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.

"Bagaimana rasanya?" tanya Sang Guru. "Asin, dan perutku jadi mual, "jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.

Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan.

"Sekarang kau ikut aku." Sang Guru membawa muridnya ke danau di dekat tempat mereka. "Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke danau."

Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke danau, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah dihadapan mursyid, begitu pikirnya.

"Sekarang coba kau minum air danau itu, "kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tapat di pinggir danau.

Si murid menangkupkan ke dua tangannya, mengambil air danau, dan membawanya ke mulut lalu meneguknya. Ketika air danau yang dingin dan segar mengalir ditengorokanya, Sang Guru bertanya kepadanya, "Bagaimana rasanya?".

"Segar, segar sekali," kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tanyannya.

"Tentu saja, danau ini berasal dari aliran sumber air di atas sana. Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air danau ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya. Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?"

"Tidak sama sekali," kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air danau sampai puas.

"Nak," kata Sang Guru setelah muridnya selesai meminum.

"Segala masalah dalam hidup itu sepertinya segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar Oleh Alloh, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir kedunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah."

Si murid terdia, mendengarkan. 
"Tetapi Nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya QOLBU (hati) yang menampungnya. Jadi Nak supaya tiak merasa menderita, Berhentilah Jadi Gelas. Jadikan Qolbu dalam dadamu itu jadi sebesar danau.
"Hidup memang butuh keranian. Tapi, akan lebih butuh ketelitian. Cermati langkahmu, waspadai tindakanmu. Hati-hati saat mencelupkan diri dalam toples kehidupan. Kalau tidak Rasa Pahit yang akan kita temukan.